Sabtu, 11 Juni 2011

Khadafi Kenyal dan Licin. Pemberontak dan Nato Mulai Tegang

Khadafi Kenyal dan Licin. Pemberontak dan NATO Mulai Tegang
REP | 12 June 2011 | 08:32 121



Pertempuran pertama antara pasukan loyalis Khadafi dan pemberontak terjadi di Benghazi pada tanggal 26 Februari 2011. Momentum itu menjadi “tonggak” dimulainya aksi perlawanan terhadap Khadafi dengan berbagai macam dalih dan alasan.

Sebelum PBB mengeluarkan resolusi nomor 1973 pada tanggal 17 Maret 2011, antara kedua kubu Libya bersaudara tersebut telah saling kalah dan mengalahkan dalam beberapa front kota. Mereka silih beganti menguasai dan kehilangan beberapa kota yang diperebutkan.

Tercatat beberapa kota yang jatuh silih berganti adalah Ajdabiya, Al-Brega, Misrata, Ras Lanuf dan Zawiya. Hanya kota Benghazi yang sangat aman dalam genggaman pasukan pemberontak tanpa sekalipun pernah jatuh ke tangan pasukan loyalis sejak awal perang saudara tersebut meletus.

Tanggal 20 Maret 2011, Sekutu terlibat langsung menyerang kubu Khadafi. Sebagaimana diketahui, sebanyak 112 misil Tomahawk telah diluncurkan dihari pertama serangan sekutu dari berbagai tempat peluncurannya dari kapal laut dan kapal selam sekutu. Sedangkan pesawat tempur penyerang langusng ke jantung kota Tripoli dengan menjatuhkan bom perpandu laser, bom pintar dan konvensional serta tembakan senapan mesin dan rudal lainnya ke arah kubu Khadafi.

Kehancuran demi kahancuran di pihak Khadafi juga sudah terhitung lagi jumlahnya. Khadafi bukan saja kehilangan 60% arsenal perang pada kubu pertahanannya, tapi juga kehilangan beberapa keluarga terdekatnya. Bahkan tak jarang Khadafi beberapa kali luput dari tempat jatuhnya bom atau serangan rudal ke tempat kediaman atau tempat Khadafi berada pada saat itu.

Mengenai hal ini (jatuhnya bom dan misil dekat Khadafi -red) diakui oleh Khadafi. Misalnya dalam serangan tanggal 10 Juni lalu, Khadafi mengakui hanya berada beberapa puluh meter dari tempatnya berada. Khadafi juga sempat mengirimkan berita melalui siaran televisi dan kantor berita bahwa ia -yang hanya berada beberapa puluh meter dari lokasi jatuhnya bom sekutu- tidak akan lari dan menyerahkan tanah dan negara ini kepada sekutu.

Dalam pidato 9 menitnya sesaat usai serangan NATO tanggal 10/6 lalu, Khadafi menyampaikan bahwa “Kami hanya memiliki satu pilihan yaitu tetap berada di negara kami samai kami mati. Perkara soal mati, hidup, kalah atau menang bukanlah maslah. Yang terpenting adalah kami tidak akan meninggalkan negara kami atau menjual kepada Sekutu.” kata Khadafi berapi-api.

Khadafi tidak akan pergi kemana-mana, bahkan tawaran Perdana Menteri Turki, Tayyip Erdogan memberi jaminan kepada Khadafi untuk tinggal di Turki jika Khadafi mau meninggalkan negaranya (11/6) tidak juga menjadi sesuatu yang menarik bagi Khadafi.

Melihat kondisi ini, timbul beberapa pertanyaan dan kecurigaan dari analis militer, sebetulnya apa yang dimiliki oleh Khadafi sehingga Khadafi seolah tahu bahwa akan ada serangan udara saat NATO akan menyerang kubu Khadafi.

Timbul tanda tanya, mengapa NATO tidak menembakkan saja Rudal (semacam Tomahawk) untuk serangan mendadak? Bukankah jika menggunakan serangan pesawat udara adanya kemungkinan “bocoran” serangan lebih mungkin terjadi?

Apakah mungkin diantara koalisi memberi informasi rencana serangan udara kepada pihak Khadafi? Ataukah sebetulnya jaringan intelejen CIA dan radar milik Rusia mampu memberi informasi rencana serangan kepada Khadafi hingga masih mampu menjauhi beberapa puluhu meter dari jatuhnya bom atau rudal?

Jadi benar kata orang, Khadafi memang kenyal, liat, licin dan alot sekali. Entah dari apa semangat Khadafi ini terbuat sehingga ia jujur memilih mati ketimbang menyerah (hingga saat ini Khadafi belum bertukar pendiriannya -red).


Licin dan kenyalnya Khadafi pernah dilontarkan oleh almarhum Ronald Reagen (mantan Presiden AS) dengan menganalogikannya sebagai “Anjing Gila” untuk mendiskripsikan betapa kenyal dan licinnya Khadafi di mata AS dan sekutunya.

Jika mengacu kepada mulainya perang saudara pada akhir Februari lalu berarti perang saudara ini telah berjalan hampir 4 bulan, sedangkan jika mengacu kepada awal serangan sekutu perang itu memasuki usia 3 bulan. Apa yang terjadi selama 4 bulan itu? Mari kita lihat beberapa kenyataan sebagai berikut :

1. Pertahanan Khadafi telah dipangkas (perkiraan) mencapi 60% telah rusak atau hancur.

2. Pertempuran memperebutkan kota silih berganti jatuh dan hilang dari tangan loyalis ke tangan pemberontak.

3. Setiap ada serangan udara seolah Khadafi mengentahu adanya serangan udara tersebut.

4. Setiap selesai serangan udara sekutu ke posisi loyalis dan bungker Khadafi, beberapa saat kemudian kubu Loyalis menggempur pihak oposisi, seperti yang terjadi kemarin (10/6). Setelah NATO menyerang, pihak Loyalis segera melakukan serangan balik ke Misrata hingga menewaskan 30 orang tentara dan pejuang pemberontak.

5. Pihak pejuang dan tentara pemberontak menganggap pesawat tempur NATO adalah bagian yang terintegral dari perjuangan mereka, sehingg sampai pada kesimpulan sendiri seolah-olah pesawat NATO adalah angkatan udara milik pemberontak.

6. Pihak pemberontak sangat sering kecewa terhadap pasukan NATO yang dinilai lambat dan tidak mempersenjatai mereka. Bahkan setiap kali tentara loyalis Khadafi melakukan serangan, mereka menjerit-jerit memanggil NATO agar membombardir posisi tentara Khadafi.

7. Keberadaan NATO di Libya semakin dilematis, satu sisi mereka ditempatkan di sana bukan untuk meningkatkan daya gempur pasukan pemberontak terhadap Khadafi melainkan untuk melindungi rakyat sipil dari pengaruh Khadafi. Di sisi lain, biaya yang dibutuhkan NATO sudah tidak kepalang tanggung.

8. Khadafi sendiri terlihat kini masih bisa melakukan beberapa aktifitasnya. Kadang ia melakukan wawancara meskipun diragukan tampatnya melakukan wawancara saat seperti ini untuk mengaburkan keberadaannya. Hal ini diduga sengaja disiapkan oleh pihak Khadafi untuk mengacaukan informasi tentang keberadaan Khadafi.

Kini setelah hampir 4 bulan perang saudara berlangsung, apa yang diperoleh oleh Khadafi, Pemberontak dan NATO..? Sepertinya tidak ada yang optimal dan belum ada yang mengagumkan. Yang ada hanyalah tambahan kerugian demi kerugian sebagai berikut :

* Serangan balik pasukan Khadafi ke Misrata yang menggempur posisi pemberontak dari 3 sisi membuat jatuh korban lumayan banyak di pihak pemberontak kemarin (10/6). Informasi menyebutkan 30 pejuang dan tentara pemberontak tewas dan puluhan lainny terluka berat.

* Bunker Khadafi satu demi satu rata dengan tanah. Ini artinya meskipun Khadafi mempunyai kemampuan untuk menghindar dari rencana serangan, tapi cepat atau lambat nyawanya bisa saja terncam. Belum lagi nyawa orang-orang terdekat yang dicintainya.

* Di Pihak NATO, kemarin dikabarkan bahwa salah satu 1 dari tiga Helikopter Apache milik Perancis jatuh di pantai kota Zaitan. Apakah heli tersebut jatuh karena tertembak atau bukan yang jelas kerugian NATO dan SEKUTU semakin bertambah.

* NATO mulai gerah dengan cara pemberontak yang menduga bahwa NATO adalah pasukan Udara mereka. Dalam hal ini salah seorang pejabat NATO mengatakan “Koalisi NATO di Libya adalah untuk melindungi rakyat Sipil. Oposisi telah menunjukkan bahwa mereka pejuang pemberani, namun kami di sana bukan sebagai pasukan udara mereka,” ujarnya seorang pejabat.

* Garis Merah yang ditetapkan oleh NATO di Misrata bertujuan agar NATO dapat melakukan serangan terkordinasi ke Tripoli, selain itu juga agar NATO tidak melakukan salah menyerang seperti beberapa kaliterjadi sebelumnya. Sedangkan Brigade Hitam dan Brigade Swehdi (dua brigade terkenal dalam pemberontak Libya -red) penetapan garis itu adalah mengekang keinginan mereka untuk maju. Hanya 2 jam lagi mereka tiba di Tipoli menurut Khalid Alogab Komandan Brigade Hitam, sesuai informasi Guardian 7 Juni 2011 lalu. http://www.guardian.co.uk/world/2011/jun/07/libya-rebels-nato-strategy

Melihat kondisi di atas, ada kemungkinan prakiraan sebagaimana disebutkan dalam beberapa tulisan sebelumnya bahwa Khadafi memainkan taktik mengulur perang hingga perlawanan pemberontak mengendur, atau menimbulkan hadirnya invasi pasukan darat NATO untuk memukul Khadafi dan tentaranya pada masa-masa terakhir.

1307816589105707412

Anak-anak sekolah di Tripoli menuntut sekolah kembali yang aman

Perkembangan berikutnya dari Libya adalh musim sekolah anak-anak segara tiba dan banyak anak-anak hingga kini belum bisa bersekolah. Kasihan mereka menatap sekolahnya yang hancur. Mereka melihat negeri dan sesama kerabatnya saling berdoa dan menyebut nama Tuhan untuk salimg membunuh. Anak-anak sekolah Libya tidak mengetahui apa-apa selain segera bisa masuk sekolah kembali..

Semoga penderitaan Libya segera berakhir…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar